Friday, July 6, 2007

Budaya Antri

Di negara mana pun semua orang pasti pernah merasakan yang namanya antri. Dari antri di bank, di tempat pembayaran rekening, di loket rumah sakit, loket kereta api, di kasir supermarket, dsb. Biasanya kalau di tempat-tempat berupa kantor atau fasilitas umum di ruangan tertutup seperti itu orang cenderung tertib mengikuti arus antrian karena sudah ada pembatas yang menandakan jalur antrian.
Tapi bagaimana dengan ruang terbuka, seperti di halte bis, peron kereta api ataupun pasar? Selama berpuluh tahun tinggal di Jakarta, di tempat-tempat seperti itu jarang sekali orang antri dengan sabar. Jarang sekali orang masuk bis atau kereta tanpa harus nyeruduk-nyeruduk orang lain, berusaha menjadi yang terdepan supaya dapat kursi atau yang lebih buruk lagi, sekedar tempat berdiri. Selain itu pengemudi bis dan kereta api juga sepertinya tidak cukup sabar jika penumpang naik kendaraan mereka dengan tertib.

Di Melbourne, para calon penumpang dengan sendirinya membuat jalur antrian ketika menunggu bis, trem ataupun kereta. Mereka dengan sabar akan menunggu penumpang yang akan turun keluar terlebih dahulu dan biasanya lebih menghormati perempuan untuk melangkah masuk lebih dulu. Walaupun budaya mereka sangat individualistis, umumnya para penumpang yang lebih muda akan memberikan tempat duduk kepada kaum lansia, walaupun di tiap bis, trem dan kereta telah disediakan tempat khusus untuk para lansia dan orang cacat. Bahkan ada peringatan khusus yang mengingatkan penumpang untuk memberikan tempat tersebut kepada yang berhak jika ada.

Memperlakukan orang lain dengan sopan, adil dan menghormati budaya antri sepertinya tidak sulit ditumbuhkan. Hanya masalahnya hanya pada adanya kemauan atau tidak dari individu itu sendiri. Mungkin harus dimulai dari diri kita, kemudian keluarga terdekat sehingga akan terwujud masyarakat budaya tertib di Indonesia.

No comments: