Friday, July 6, 2007

Menghormati Jasa Pahlawan

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya”, demikian untaian kata-kata yang kerap diulang menjelang peringatan Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November di negeri kita.


Tapi pernahkah kita meresapi maknanya? Dengan apa kita menghargai para pahlawan kita? Atau kita sama sekali tidak pernah menghargai mereka hanya karena tidak pernah bertemu fisik dengan mereka.
Sebenarnya siapa yang berhak disebut pahlawan? Yang terbayang setiap kali kata itu disebut biasanya adalah para pejuang kemerdekaan menentang penjajah Belanda dan Jepang. Sebut saja misalnya Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Pattimura, Pangeran Diponegoro, dsb. Pernahkah terbayang para prajurit yang terluka dan cacat ataupun keluarga prajurit yang gugur di Aceh, Timor Timur, dsb. Penghargaan macam apakah yang telah diberikan oleh bangsanya? Terlepas dari apakah aksi militeristik mereka dapat dibenarkan, pernahkah kita sekedar memberikan lambaian tangan ataupun seulas senyum kepada mereka sebagai penghiburan atas pengorbanan yang telah mereka lakukan? (bukankah para prajurit hanya sekedar mengikuti perintah komandan?)


Di Australia, semua orang dari segala usia memadati jalan-jalan raya di kota besar setiap tanggal 25 April hanya untuk melambaikan tangan, menepuk tangan ataupun melemparkan seulas senyum kepada para veteran perang. ANZAC Day menandai aksi militer pertama pasukan Australia dan New Zealand pada Perang Dunia I di Gallipoli, Turki. Lebih dari 8.000 tentara Australia dan 2.700 tentara New Zealand tewas ketika berusaha membuka jalan ke Laut Hitam bagi Angkatan Laut Sekutu.


Perayaan tersebut sekarang juga diperuntukkan mengenang jasa para tentara di perang-perang ataupun operasi militer lain di mana Australia terlibat (sekedar catatan, tentara Australia selalu bertempur untuk kepentingan negara sekutunya sebab dia sendiri tidak pernah mengalami penjajahan). Selain itu sejak tahun 2006, para pahlawan Turki (yang merupakan musuh tentara ANZAC ketika di Gallipoli) juga ikut serta diperingati.


Perayaan Hari ANZAC biasanya diawali dengan upacara di waktu subuh, waktu di mana penyerangan Gallipoli dimulai. Acara dimulai sebelum subuh, di mana dilantunkan himne, doa, dan pidato, kemudian penempatan karangan bunga, diiringi dengan lagu "The Last Post", mengheningkan cipta, dan lagu kebangsaan Australia dan New Zealand. Biasanya yang mengikuti upacara subuh adalah para veteran namun sekarang ini para anggota keluarga dan anak-anak muda juga dianjurkan berpartisipasi untuk menumbuhkan rasa penghormatan terhadap pengorbanan generasi terdahulu.


Ketika mengheningkan cipta dibacakan sebuah ode berikut:
They shall grow not old,
As we that are left grow old,
Age shall not weary them,
Nor the years condemn.
At the going down of the sun,
And in the morning
We will remember them.


Perayaan tersebut dilanjutkan siang harinya dengan konvoi para veteran tentara perang beserta veteran petugas kesehatan dan tim komunikasi. Para pengunjung di tepi-tepi jalan biasanya selalu memberi dukungan yang meriah kepada para veteran yang sudah lanjut usia ataupun yang cacat namun masih semangat mengikuti parade. Konvoi tersebut juga biasanya diiringi dengan musik “big pipe” dari sekolah-sekolah maupun kesatuan tentara. Untuk memeriahkan perayaan, diadakan pula pertandingan sepakbola di Melbourne Cricket Underground (MCG) antara dua tim yang selalu bersaing di Australian Football League (AFL), yaitu Collingwood dan Essendon.
catatan: dua foto pertama hasil jepretannya Riyan (thanks pal!)

No comments: